Menggunakan motion graphic untuk menjelaskan produk/jasa, memaparkan hasil penelitian, isu, atau suatu program tidak sekedar membutuhkan visual yang memikat, pertama-tama kita perlu cermat merancang konten. Naskah (script) merupakan tulang punggung motion graphic. Naskah akan mendefinisikan segala aspek yang membantu dalam menciptakan animasi yang menarik, menyenangkan dan berkelas. Itulah alasan pentingnya kita menyusun naskah yang solid.
Jika anda belum terbiasa, menulis naskah akan menjadi momok yang mengerikan. Tapi, naskah yang bagus sebenarnya sederhana. Struktur naskah motion graphic sama persis dengan film-film Hollywood yang jika kita telusuri lebih jauh lagi berakar pada teori drama klasik Yunani kuno.
3-acts Structure
Aristoteles pernah berkata, setiap cerita terdiri dari 3 bagian:
Beginning. Perkenalan para tokoh dan permasalahan yang menjadi konflik utama dalam cerita.
Middle. Cerita bergulir dengan mengungkap dan menjelaskan upaya menyelesaikan konflik.
End. Cerita tiba pada momen ketika konflik akhirnya terselesaikan, lalu selesai.
Struktur cerita ini digunakan oleh film-film masyur Hollywood sejak era film hitam putih semisal Casablanca, sampai yang paling mutakhir seperti The Avengers. Jadi tidak berlebihan jika kita katakan bahwa 3-acts structure sudah teruji oleh waktu.
Struktur Naskah Motion Graphic
Ketika menulis naskah motion graphic, kita tetap berpedoman pada 3-acts structure seperti yang dipraktekkan Hollywood tapi dengan sedikit penyesuaian.
Act 1. What (Beginning) - Apa masalah yang dihadapi target audience?
Sama seperti film, babak awal motion graphic dimulai dengan memperkenalkan tokoh dan konflik dengan tujuan menarik perhatian audience. Tokoh dalam motion graphic tidak lain adalah target audience (buyer persona) dan konfliknya adalah permasalahan mereka yang brand/organisasi kita coba pecahkan. Maka penting bagi kita untuk mengetahui profil dan perilaku target audience agar dapat merumuskan pesan yang tepat.
Tips: Lakukan riset audience sebelum mulai menulis naskah
Act 2. How (Middle) - Bagaimana perusahaan/organisasi memecahkan masalah?
Sekarang kita sudah mendapat perhatian dari audience yang penasaran dengan masalah yang kita gambarkan, saatnya kita beri mereka solusi. Dalam babak kedua motion graphic, brand/organisasi tampil sebagai hero yang menolong audience keluar dari suatu masalah. Sama seperti dalam film, babak ini merupakan bagian terpanjang sebab harus menjelaskan bagaimana cara kerja solusi yang ditawarkan oleh brand/organisasi.
Tips: Mulailah babak 2 dengan menyebutkan nama brand atau menampilkan logo.
Act 3. Why (End): Kenapa harus memilih brand/organisasi kita?
Ingat! Ada banyak kompetitor memecahkan masalah yang sama di luar sana. Kita perlu meyakinkan audience bahwa brand/organisasi kita menawarkan solusi terbaik. Oleh karena itu pada babak terakhir motion graphic, kita fokus menjelaskan fitur dan benefit produk/jasa yang membedakan kita dari para kompetitor. Jika motion graphic digunakan untuk tujuan selain video marketing, misal untuk menjelaskan suatu isu atau hasil penelitian, maka babak ini dapat diisi dengan kesimpulan dan rekomendasi.
Tips: Tutup video dengan call-to-action yang spesifik
Setelah memahami strukturnya, saatnya kita mulai menulis naskah. Buatlah beberapa versi draft lalu pilih yang paling baik. Usahakan untuk selalu mengikuti struktur klasik ini sepresisi mungkin karena polanya sudah familiar dengan hampir semua orang di muka bumi. Familiaritas ini penting, sebab audience di bawah sadarnya mengantisipasi ke mana arah video akan bergerak dan fokus pada hal yang paling penting yakni pesan yang disampaikan.
Jika masih mengalami kesulitan, kami sarankan menghubungi kreator motion graphic yang menawarkan jasa script writing dan memahami proses penulisannya.
Comments