"Retorika adalah seni mempengaruhi orang dengan kata-kata."
Aristoteles
Selain dikenal sebagai Proklamator, Soekarno juga dikenal sebagai Orator yang tidak tertandingi di Indonesia. Meski tanpa powerpoint dan animasi menakjubkan, Ia sukses menyatukan imajinasi kemerdekaan menjadi sebuah negara yang nyata. Pidato Soekarno tidak hanya menginspirasi tapi juga mendorong orang untuk bertindak, bahkan mampu menyamakan persepsi audiens tentang persatuan dan masa depan yang gemilang dalam sebuah negara bernama Indonesia. Kemampuan ini tentunya tidak muncul begitu saja, karena Soekarno sebenarnya menggunakan metode yang retorika yang khas digunakan oleh para pemimpin revolusioner pada masa itu yaitu teknik retorika dan emotional appeal yang sangat membantu dalam memotivasi dan mempengaruhi audiens. Teknik ini juga merupakan bagian dari teknik public speaking yang bisa kita replikasi untuk berbicara di depan umum.
Memahami Teknik Retorika dan Emosional Soekarno
Teknik retorika adalah teknik berbicara yang bertujuan untuk mempengaruhi audiens. Soekarno memiliki kemampuan dalam menggunakan bahasa dan metafora untuk mengkomunikasikan pesannya secara efektif. Dalam public speaking, teknik retorika membantu pembicara mempresentasikan ide dan memotivasi audiens dengan cara yang menarik dan mudah dipahami. Sementara, teknik pendekatan emosional adalah teknik menggunakan emosi dan perasaan untuk mempengaruhi audiens. Soekarno mampu menggunakan emotional appeal dengan baik dalam setiap pidatonya, membuat audiens merasa terhubung dan terinspirasi. Dalam public speaking, penggunaan emotional appeal membantu pembicara membuat pesan yang lebih mengena dan berkesan bagi audiens.
Selain kedua teknik tersebut, Soekarno selalu memiliki alur pidato yang jelas dan teratur dalam setiap penyampaiannya. Alur pidato membantu pembicara menyampaikan pesan dengan lebih efektif dan menjaga konsentrasi audiens. Dalam public speaking, alur pidato yang baik membantu pembicara membangun momentum dan membuat pidato terasa lebih mengalir.
Metode lain yang digunakan Soekarno adalah metode visualisasi yang baik dalam setiap menyampaikan pidatonya. Ia seringkali menggunakan gambar ataupun menciptakan narasi deskriptif yang membuat audiens mampu membayangkan suasana ataupun benda yang ia narasikan dalam pidatonya. Metode ini membantu audiens memahami pesan yang disampaikan dengan lebih baik. Dalam public speaking, metode visualisasi dapat membantu pembicara membuat pesan yang lebih kuat dan berkesan bagi audiens.
Keahlian ini tentunya didapatkan melalui latihan dan uji coba terus menerus yang menjadi bagian penting dari proses belajar public speaking. Dalam mempelajari teknik retorika dan pendekatan emosional, latihan dan uji coba juga sangat penting untuk membantu memperkuat dan memperbaiki kemampuan pembicara. Oleh karena itu, jangan ragu untuk terus berlatih dan mengukur kemampuan diri dalam public speaking.
Belajar dari Soekarno
Menjadi pembicara ulung seperti Soekarno adalah impian setiap individu yang ingin meningkatkan kemampuan public speaking mereka. Berdasarkan pembahasan di atas, Soekarno menggunakan teknik retorika dan emotional appeal, serta memperhatikan alur pidato, metode visualisasi, dan melakukan latihan dan uji coba dalam pidatonya. Metode ini dapat kita tiru untuk meningkatkan kemampuan public speaking seperti Soekarno.
"Teruslah berlatih dan meningkatkan kemampuan public speaking, jadilah pembicara ulung yang memiliki pesan yang kuat dan berkesan."
Referensi:
Verderber, K. S. (2018). Communication: A First Look at Communication Theory. McGraw-Hill Education.
Darwis, B. (2017). Public Speaking & Presentation: Cara Efektif Menyampaikan Ide. Gramedia Pustaka Utama.
Comments