Sejak pandemi covid-19, popularitas peta interaktif mulai melonjak dan digunakan di berbagai website di seluruh dunia untuk menunjukkan peta sebaran infeksi virus Covid-19. Bagaimana tidak, pemetaan sebaran virus Corona yang awalnya dipublikasikan oleh Universitas John Hopkins ini kemudian diadopsi oleh WHO dan Google, bahkan setiap negara membuat peta interaktifnya sendiri termasuk Indonesia.
Sebenarnya, peta interaktif sudah sering digunakan sebelum pandemi, namun belum semasif pada saat digunakan dalam pemberitaan tentang pandemi. Peta interaktif biasanya dibuat untuk mengkomunikasikan data sebaran berbasiskan lokasi. Peta tersebut dapat memuat data geografis, data demografis, data statistik hasil survey ataupun peta tujuan wisata. Meskipun menarik, peta interaktif memiliki kelemahan serius jika ditujukan untuk digunakan sebagai instrumen komunikasi.
Hal yang perlu diperhatikan dari peta interaktif
Sebelum merancang peta interaktif, kita perlu memperhatikan beberapa hal yang kemungkinan akan menyulitkan dalam proses perancangannya. Seperti:
Keempat poin tersebut dapat dijadikan panduan pertimbangan utama bagi kita sebelum memulai perancangan peta interaktif.
Peta interaktif versus peta statis
Peta interaktif dirancang agar pengunjung situs berinteraksi dengan peta melalui klik, scroll, swipe atau zoom. Sementara sajian ilustrasi kartografis pada peta interaktif tidak begitu menarik pengunjung situs untuk berinteraksi, tambahan elemen grafis seperti lingkaran merah yang merepresentasikan data juga seringkali tumpang tindih dengan elemen grafis lain sehingga tidak terbaca. Diperlukan ketertarikan khusus bagi pembaca untuk berinteraksi dengan peta, seperti halnya keinginan mereka membaca artikel panjang. Peta interaktif akan lebih efektif digunakan jika ditujukan untuk segmen khusus yang memang memiliki urgensi, namun jika yang dituju adalah segmen luas maka peta ini tidak begitu berdampak.
Berbeda dengan peta interaktif, peta statis mampu menampilkan informasi relevan sejak awal ia disajikan, seperti poster ataupun gambar. Kemampuan peta statis memproses informasi dengan cepat membuatnya lebih populer dikemas menjadi infografis peta. Peran highlight text, ilustrasi dan eksplorasi warna membuatnya mudah untuk dipahami dan mudah dibagikan melalui berbagai platform sehingga meski peta interaktif muncul, peta statis dalam format infografis tetap dibutuhkan untuk menerjemahkannya.
Memilih berdasarkan tujuan komunikasi
Dalam perancangan infografis, pemahaman terhadap segmen berdasarkan demografi dan psikografi merupakan variabel utama sebelum merancang infografis. Oleh karena itu, perilaku segmen menjadi pertimbangan penting dalam proses perancangan. Dalam pembahasan mengenai infografis interaktif pada INCH conference di Vancouver, disebutkan bahwa 85 persen orang yang mengunjungi infografis tidak menggunakan elemen interaktif yang disajikan melainkan hanya membaca atau melihat informasi utama yang disajikan.
Dalam perancangan peta infografis, pertanyaan bahwa peta sebaiknya dirancang interaktif atau statis tentu harus dikembalikan pada tujuan perancangannya. Segmentasi penerima informasi dan proses perancangannya juga perlu menjadi pertimbangan penting. Meskipun begitu, jika tujuan yang ingin dicapai adalah menyajikan informasi yang mudah dipahami, menarik, berkesan dan mudah dibagikan, maka peta infografis statis merupakan pilihan yang sempurna.
Comments