top of page
Writer's pictureRolip Saptamaji

Belajar Storytelling untuk Public Relation dari Stan Lee

Updated: Feb 10, 2021

Stan Lee adalah legenda dalam industri komik dunia, seorang pencipta banyak tokoh-tokoh favorit Marvel. Dia dikenang karena kreativitasnya, kontribusinya pada dunia perkomikan dan storytelling juga brand personalnya yang unik menjadikan Marvel sebuah penerbit komik raksasa.


Metode bercerita Stan Lee yang inovatif tidak hanya dapat dipakai oleh para penulis, tapi juga para praktisi public relation maupun brand manager dalam menyampaikan pesan yang menyentuh emosi audiens. Berikut diantaranya:


1. Jangan abaikan kekurangan anda


Konflik antara protagonis dan antagonis merupakan nyawa dari suatu narasi cerita, namun tokoh protagonis yang tanpa cela terasa tidak manusiawi sehingga sulit untuk kita cintai.

Lee memberi tokoh-tokohnya kelemahan serta kegelisahan layaknya manusia pada umumnya sehingga membuat mereka tampak nyata sebagai karakter yang memiliki kepribadian.


Ambil contoh Spiderman. Meski memiliki kemampuan yang luar biasa, dia tetap kewalakan membayar uang sewa dan cemas memikirkan karirnya. Konsep superhero yang pada dasarnya adalah manusia yang tidak sempurna membuat cerita-cerita Stan Lee menarik simpati pembaca.


Praktisi PR dan brand manager harus menghindari membuat pesan yang selalu bersih atau sempurna. Akui kesalahan dan tunjukkan bahwa Anda memiliki rencana untuk mengatasinya. Jangan terburu-buru untuk membuat diri Anda tampak bagus sehingga melewatkan kesempatan untuk menceritakan kisah hebat tentang organisasi anda.


2. Bahas hal-hal penting


Lee merupakan kreator pertama yang menggunakan komik sebagai media untuk mengangkat topik-topik penting seperti rasisme dan ketidakadilan sosial dalam cerita-ceritanya. Kejujuran Lee membuat para tokoh ciptaannya lebih otentik dan berhasil merebut hati pembaca dari generasi ke generasi.


Brand manager juga harus siap berbicara tentang isu-isu sosial dan politik. Penelitian BRANDfog dan McPherson Strategies di Amerika Serikat menemukan bahwa konsumen menyukai brand yang berbicara tentang isu-isu sosial. Namun tidak sedikit pernyataan sikap perusahaan itu yang menuai reaksi keras, oleh sebab itu anda harus berkonsultasi dan berkoordinasi dengan tim anda untuk menghadapi segala dampak yang timbul.


3. Hargai narasumber anda


Stan Lee mempraktikkan gaya kolaborasi yang unik ketika mengembangkan komik. Ia menugaskan para ilustrator untuk memvisualisasikan cerita berdasarkan sinopsis yang ditulisnya. Lee kemudian menambahkan dialog ke dalam panel. Metode ini kemudian dikenal sebagai Marvel Method, yang berhasil mengatasi masalah Lee dalam menulis banyak naskah untuk beberapa komik sekaligus.


Lee memberi penghargaan kepada anggota timnya dengan cara membuat halaman credit pada komik. Penghargaan ini mendongkrak reputasi Jack Kirby yang sampai sekarang dijuluki The King of Comics, Selain itu Publikasi tersebut juga berhasil meningkatkan keintiman para pembaca dengan produk-produk Marvel.


Pastikan Anda memberi penghargaan secara langsung. Jika artikel blog anda menggunakan gambar milik orang lain, beri tautan pada sumbernya. Jika anda tidak memiliki hak atas suatu content maka jangan digunakan. Lebih baik berhati-hati daripada menderita kerugian akibat tuntutan hukum.


4. Cross-promote konten anda


Salah satu inovasi besar Marvel di bawah panduan Lee adalah pengembangan cerita yang saling berhubungan, di mana seluruh superhero Marvel tinggal dalam universe yang sama dan dapat muncul dalam cerita apapun kapan saja.


Dalam suatu episode, Fantastic Four bertanding di Yankee Stadium dan diliput oleh banyak fotografer media. Dalam salah satu panel, pembaca menemukan Peter Parker tengah membawa kamera, lalu menulis surat bahwa hal itu sungguh luar biasa dan membuat para tokoh semakin tampak nyata, tinggal dalam dunia yang sama dan kadang saling jumpa.


Praktisi PR dan marketing juga harus mampu cross-promote konten-konten mereka. Kepung opini audiens dengan mempromosikan konten di berbagai saluran dan media sosial. Jangan lupa untuk mengganti format konten untuk setiap platform, contohnya artikel blog divisualisasikan menjadi infografis untuk dimuat di Instagram atau video explainer di Youtube.


5. Baca buku-buku bagus


Kualitas konten anda dipengaruhi buku apa yang anda baca. Sejak kecil Stan Lee sudah membaca karya-karya para penulis besar. Saat berusia 10 tahun Lee mulai membaca Shakespeare, juga membaca novel-novel karya Arthur Conan Doyle, Edgar Rice Burroughs dan Mark Twain.


Jika anda berencana hidup sebagai penulis – terlepas dari apapun yang akan anda tulis – pastikan untuk membaca karya-karya penulis besar untuk mengembangkan kreativitas anda.


6. Bangun brand personal anda


Stan Lee menjadi sama terkenalnya dengan tokoh-tokoh ciptaannya melalui public presence yang terkurasi baik. Lee menulis secara rutin kepada para penggemarnya melalui kolom Stan’s Soapbox, dia juga tampil sebagai cameo di banyak adaptasi film Marvel.


Komunikator harus fokus pada audiens mereka dan menceritakan kisah yang bagus tapi jangan lupakan brand personal anda. Kurasi profil media sosial anda secara profesional dan jangan puas dengan pekerjaan yang tidak memenuhi standard anda.



Stan Lee merupakan penulis yang luar biasa, dia berhasil melakukan apa yang ingin dilakukan banyak penulis. Dia menulis dengan sungguh-sungguh dari hatinya, menyatakan kebenarannya, dan melakukannya dengan cara yang mengubah dunia sambil tetap menghibur pembacanya.


Sumber: https://www.prdaily.com/Main/Articles/6_storytelling_and_PR_lessons_from_Stan_Lee_25323.aspx

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
bottom of page